Berpendapat

Pada waktu postingan ini dibuat, sedang dalam masa tenang Pemilukada Banten dan DKI Jakarta 2017. Tidak, saya bukan pengamat politik, karena saya tidak punya latar belakang politik. Tetapi saya sedang senang mempelajari politik. Kenapa senang? Karena menurut saya politik itu menarik. Sangat menarik. Di mata saya, semua orang bisa berubah hanya karena politik. Mungkin sudah banyak terdengar, hanya karena berbeda pilihan, berbeda pendapat tentang pemilu, beberapa pertemanan menjadi rusak. Kedamaian menjadi sedikit kacau. Hoax atau berita bohong tersebar dimana-mana. Tidak, tulisan ini bukan media kampanye, bukan tulisan kampanye. Tulisan ini hanyalah opini murni semata milik sang pemilik blog.

Perbedaan itu adalah hal biasa. Perbedaan menjadikan sesuatu terlihat lebih indah. Ambil saja contoh, penari tradisional Saman, mereka memakai baju berwarna berbeda. Misalkan 2 warna, atau 3 warna. Terlihat indah, bukan? Bagaimana kalau hanya 1 warna saja? Agaknya membosankan, ya. Ambil contoh lagi, paras wajah sebuah keluarga. Sang ayah ganteng, sang ibu cantik, anak-anaknya manis. Terlihat indah, bukan? Tapi apakah sekeluarga itu memiliki bentuk wajah yang sama? Bentuk hidung yang sama atau seragam, mata yang sama, sehingga semuanya terlihat sama. Mungkin agaknya akan tampak sedikit menyeramkan.

Begitu pula pendapat. Masing-masing orang mempunyai pendapat yang berbeda. Saya berpendapat bahwa warna pink adalah warna yang paling bagus. Anda berpendapat bahwa warna abu-abu adalah yang paling bagus. Lantas, apakah saya berhak mengatakan bahwa warna abu-abu itu jelek? Apakah anda berhak mengatakan bahwa warna pink itu juga jelek? Tentunya tidak. Setiap individu mempunyai tolak ukur masing-masing mengenai kebenaran. Misalnya, menurut saya bercanda dengan dosen itu tidak boleh, karena terlihat tidak sopan. Terapi menurut Anda, boleh-boleh saja asal tidak terlewat batas. Tetapi menurut saya, setiap tolak ukur sudah ada yang mengatur secara keseluruhan, yaitu peraturan dari agama masing-masing, dan juga regulasi negara. 

Setiap individu haruslah menghormati pendapat individu lainnya. Walaupun pendapat tersebut terlihat tidak benar di mata saya, lantas haruskah saya menghakimi Anda, atau sebaliknya? Tentu saja tidak. Saya tentunya punya alasan di balik pendapat saya, dan tentu saja Anda juga punya. Alasan-alasan di balik pendapat tersebut yang kebanyakan tidak diketahui oleh orang lain, sehingga orang lain menganggap pendapat tersebut salah. Padahal, masing-masing individu, sudah saya katakan, mempunyai tolak ukur masing-masing. 

Hal tersebut marak terjadi di musim pemilu, baik presiden, gubernur, walikota atau bupati. Jika saya berpendapat bahwa Paslon (Pasangan Calon) nomor sekian adalah yang terbaik, yang akan saya pilih, yang saya kira cocok dan pantas memimpin sebuah daerah atau negara, tentunya saya punya alasan di balik pendapat tersebut. Anda pun pastinya begitu. Saya tidak perlu menghakimi pendapat Anda,  atau sebaliknya.

Oleh karena itu, apapun pendapat Anda, siapapun pilihan Anda mengenai Calon Gubernur Banten atau DKI Jakarta yang sekiranya menurut Anda cocok dan pantas memimpin, gunakanlah hak pilih Anda dengan bijak dan benar. Gunakan pendapat Anda ketika pemilu nanti. Tidak perlu menghakimi pendapat orang lain. Dan siapapun yang akan menjadi pemimpin, walaupun itu tidak sependapat dengan Anda, marilah kita dukung dan doakan demi kemajuan kita bersama. Ingat, selalu ada alasan tersendiri di balik sebuah pendapat yang hanya diketahui oleh si empunya pendapat. Kritik dan saran bolehlah dilayangkan, selama itu bersifat membangun. 

Apapun yang telah, sudah, atau akan terjadi, tentunya membawa hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik darinya. Apapun yang telah, sudah, atau akan terjadi, tentunya sudah menjadi ketentuan Allah SWT,  ketentuan Tuhan. 

Maju terus Indonesia!

Komentar

  1. If you let me to append your last few statements,

    In politics, sometimes it looks like there is no good or bad, or right or wrong, it’s just is..
    For example, let's take a look on what has caused the 2014 Ukrainian crisis.

    Following the Ukrainian financial crisis, on 2012 the EU and Ukraine initiated an association agreement.This agreement obligates Ukraine to revamp and adopt all the laws that needed to fit the EU criteria in exchange for the EU to give 838 million dollars in loans. The Ukrainian government has no problem with this, except for the communist party.
    Meanwhile, Russia can't let the Ukraine to join the EU because Ukraine was it's “buffer zone”,a shield from the neighboring NATO countries in the eastern side. And furthermore, Russia will be imprisoned, any sanctions from the EU will be more likely to cripple the Russian economy because all the trade routes with the Europe will be cut off. So Russia gives a better offer to Ukraine (15 billion US dollars in loans) and threatened Ukraine with a trade sanctions, thus crippling the Ukraine economy even more.
    Facing this, the current Ukrainian President at the time, Viktor Yanukovych is forced to make a hard decision. He must choose between EU and Russia. If he chooses EU, he concerned that Russia will take this conflict to the next level by an invasion and exploiting the Ukrainian Communist Party, This potentially can escalate into a civil war. But if he chooses Russia, he knows that the majority of Ukraine wants to join with the EU, thus this option also has a potential to start a civil war.
    After considering the risk, he took the second option and thus refused to sign the agreement with the EU. and yes the riots happen. Following this, on 2014 Yanukovych was ousted by the protester, and thus making a new government that's willing to sign the agreement with the EU. But at the same year, the pro-Russian protesters are raised, making a self-declared pro-Russian government and the Russia federation start annexing Crimea. And so Yanukovych's nightmare, the reason why he doesn't choose the first option, are also occur.
    Then America and the EU impose sanctions against Russia and start supporting the pro-EU government. And with the Russia supports the pro-Russian government, the proxy war in Ukraine is inevitable.
    So you see, whichever the decision he take, it will always lead into a proxy war (Actually, the same thing also happened to Russia, with the EU sanctions). At least that is what we know as a human, but we can’t see more further than that. That’s why we need to include God when we're making decisions, and we need God to give the very definition of what is right and what is wrong.

    BalasHapus

Posting Komentar